Pernahkah anda menemukan seorang siswa yang sulit diatur dan selalu
berjalan kesana-kemari bahkan berlari-lari sendiri? Atau pernahkah anda
menemukan seorang siswa yang sibuk sendiri, tidak bisa diarahkan sesuai
kondisi belajar yang anda inginkan ?
Jika Anda menemukannya, bagaimana mengatasinya? Paling tidak ia bukan
penghalang bagi siswa lainnya untuk tetap bisa belajar dan mengikuti
pelajaran yang akan anda sampaikan?
Pastinya anda sudah punya cara tersendiri bagaimana mengatasinya. Saya
pernah bertanya kepada rekan sesama guru di tempat saya mengajar, setiap
orang memiliki caranya sendiri-sendiri sesuai ilmu dan pengalaman yang
diperoleh. Ada yang keras, ada yang lembut. Ada yang dengan cara
mengikuti kemauan anak ada juga yang memekasakan kemauannya. Ada yang
dengan cara meraihnya ada juga yang dengan cara membiarkannya (nantinya
juga berubah...)
Terlepas dari bagaimana guru mengatasi siswa seperti diatas, yang
terpenting adalah kita harus benar-benar memahami bagaimana anak itu
belajar. Mengapa kita harus memahami bagaimana seorang anak belajar?
Karena kita tidak bisa memaksakan keinginan dan cara kita sendiri pada
semua anak di kelas yang kita ajar. Anak memiliki karakteristik
tersendiri yang satu sama lain memiliki perbedaaan. Kesalahan dalam
memahaminya akan berpengaruh pada tindakan seorang guru dan efeknya pada
perkembangan belajar anak.
Berikut ini beberapa point sebagai dasar bagaimana kita bisa memahami bagaimana anak belajar, antara laian :
- Anak tidak berfikir seperti layaknya orang dewasa berfikir.
- Anak-anak belajar dengan berbagai cara. Mereka menyerap informasi dengan cara pengalaman nyata, termasuk melalaui alat indra penciuman, perasa, pendengaran, penglihatan, dan peraba
- Anak-anak juga belajar melalui berbagai pengalaman dengan objek, orang dan kegiatan yang berada di sekitar mereka.
- Anak-anak belajar satu sama lain dan pembelajaran meliputi aspek kognisi dan afeksi
(Sumber : www.shadiqin.com)
0 komentar:
Posting Komentar